Hutang bukan perkara mudah untuk menyelesaikan. Apabila terlupa, kelak di akhirat bakal tetap ditagih.
Lantas bagaimana dengan begitu tidak sedikitnya hutang Indonesia ke luar negri. Apakah kami juga bakal menanggungnya selaku rakyat Indonesia?
Berikut vidio penjelasan Ustadz Somad dalam ceramahnya..
Utang Indonesia berdasarkan data Kementerian Keuangan hingga akhir Februari 2018 mencapai Rp 4.035 triliun. Dengan capaian tersebut, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 29,1 persen. Lantas, apabila negara yang berutang apakah rakyat Indonesia juga turut ikut menanggung utang tersebut?
Semacam yang diikutip dari republika.co.id, dalam suatu tanya jawab usai tausyiah, Ustaz Abdul Somad memperoleh satu pertanyaan terkait utang negara dari salah satu jamaahnya. "Ustaz, Allah tidak bakal memasukan orang ke surga orang yang tetap punya tanggungan utang. Bagaimana dengan utang Indonesia yang sangat tidak sedikit, yang digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Apakah kelak di yaumul akhir bakal diminta pertanggungjawaban terhadap rakyat Indonesia?" tanya seorang jamaah.
"Iya juga ya. Ngeri-ngeri sedap juga kami ini," jawab Ustaz Somad.
Ustaz berumur 40 tahun itu melanjutkan, "Nanti pas di akhirat, Ustaz Somad status pending. Mudah-mudahan kami diselamatkan Allah subhanahu wa ta'ala. Sebab yang dimaksud utang itu merupakan utang personal, pribadi. Dalam surah al-Baqarah ayat 282. Satu halaman full (membahas soal utang). "Wahai orang-orang yang beriman! Kalau anda menjalin transaksi utang piutang untuk waktu yang ditentukan, maka tulislah."
Apabila telah hingga waktunya orang yang berutang untuk membayar, kami dapat menagihnya. "Sampai harinya, tagih! Bayar! Mengapa tidak bayar?"
Tetapi, apabila orang yang berutang belum sanggup membayar, sebaiknya diberbagi keringanan. Dapat berupa waktu. Yang paling keren, menurut Ustaz Somad, apabila orang yang meminjami mensedekahkan uangnya terhadap orang berutang. "Kalau kau sedekahkan lebih baik," ujar Ustaz Somad.