Kematian adalah satu hal yang pasti di dunia ini, apapun yang bernyawa pasti mengalami kematian. Cepat atau lambat, sebagai manusia kita harus bersiap-siap kedatangan kematian tersebut.
Persiapan itu sendiri adalah dengan cara banyak beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa. Bicara soal kematian sendiri, tentu juga menerpa seorang artis.
Namun namanya juga seorang artis, kabar kematian tersebut cepat tersebar hingga seluruh penjuru Indonesia, hingga membuat Indonesia sendiri berduka massal. Memiliki banyak penggemar, wajar saja jika kematian seorang artis membawa duka.
Apalagi sosoknya yang begitu menghibur. Seperti ketika 3 artis ini tiada, Indonesia sontak heboh. Bahkan proses penguburannya juga dihadiri oleh ribuan orang, bahkan pelayat sampai ada yang berdesak-desakan.
1. Julia Perez
Meninggalnya Julia Perez karena kangker serviks juga membuat publik Indonesia berduka. Pasalnya kematian Julia Perez sendiri saat kariernya tengah melejit.
Duka tersebut juga terlihat di proses pemakaman Julia Perez. Ribuan orang hadir hanya untuk melihat Julia untuk yang terakhir kalinya.
Beberapa waktu yang lalu, adiknya mengungkapkan penyebab kakanya itu bisa terkena kanker serviks. Nia Anggia mengungkapkan, sebanyak 90 persen kanker serviks disebabkan oleh hubungan seksual, dan 10 persennya karena pola hidup.
Diketahui Julis Perez selama hidupnya sempat berganti pasangan 3 kali. Dari pria Belanda ia menjalin kasih dengan pria Perancis, hingga akhirnya ia menjalin kasih dengan Gaston yang berasal dari Argentina.
Berakhir pada saat Julia Perrez menikahi Gaston di luar negeri karena perbedaaan keyakinan mereka. Pihak keluarga Julia Perrez saat itu benar-benar menentang hubungan mereka.
Tetapi, Nia mengungkap Jupe memang sudah terlanjur cinta dengan Gaston. Tapi, semua kini telah berlalu, Jupe sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Bagi orang yang ditinggalkan seperti keluarga, momen saat Jupe sedang sakit menjadi pukulan keras dan cobaan berat keluarga. Hal itu disampaikan langsung oleh ibu Jupe yang diundang ke salah satu acara talkshow.
Tetapi, sepeninggalan Jupe, keluarga selalu saja mendapatkan rezeki berkecukupan tak pernah kekurangan. "Tapi alhamdulilah namanya rezeki tuh ada aja, yang dateng ada aja" ujar ibunda Jupe.
Pertanyaan lain yang dilontarkan Hotman Paris terkait biaya pengobatan Jupe juga dijawab blak-blakan akhirnya oleh keluarga. "Total habis berapa tuh ya ma? Empat tahun, wah milyaran deh" ujar adik tertua Jupe.
"Sampai mobil banyak yang dijual" timpal adik bungsu Jupe kemudian. Ibu Jupe mengaku sangat berterima kasih dengan kebaikan yang diberikan oleh sahabat artis Jupe selama ini.
2. Olga Syahputra
Meninggal di karier yang tengah melejit, membuat banyak orang terkejut dengan kematian Olga Syahputra. Bahkan di proses pemakannya, ribuan hadir dan rela desak-desakan hanya untuk melihat proses pemakaman Alm Olga.
Olga sendiri memang dikenal selebritis yang kerap berbagi kepada orang yang tidak mampu, wajar saja jika publik Indonesia kehilangan dengan sosok Olga. Olga Syahputra meninggal dunia 27 Maret 2015 di Singapura setelah hampir setahun dirawat di rumah sakit Mount ELizabeth. Olga Syahputra disebut-sebut mengidap selaput radang otak (meningitis).
Tak ada yang menyangka, Olga Syahputra meninggal dunia di usianya yang masih cukup muda yaitu 32 tahun. Mak Vera--manajer Olga Syahputra--mengungkapkan detik-detik Olga Syahputra menutup mata untuk selamanya.
Mak Vera mengakui dirinya kaget saat ditelpon pihak rumah sakit yang memintanya hadir bersama keluarga Olga Syahputra. Mak Vera pun langsung menghubungi adik Olga Syahputra, Billy.
"Waktu hari Jumat (27 Maret 2015), saya ditelepon rumah sakit di Singapura. Mereka meminta saya dan keluarga Olga Syahputra ke sana. Saya langsung menelpon Billy," ujar Mak Vera memulai ceritanya saat tahlilan Olga Syahputra tadi malam, 3 April 2015.
"Akhirnya, saya dan Billy ketemu dan langsung memesan tiket ke sana. Kami (bersama dua adik Olga Syahputra lainnya, Sigit dan Taufik) dapat penerbangan jam 11.30 WIB. kami tiba di Singapura jam 3.30 waktu setempat. Lalu, kami langsung ke rumah sakit. Di sana, sudah ada bapak dan ibu Olga Syahputra."
"Pas di sana ternyata masuk waktu sholat Ashar. Olga pergi itu pas Adzan. Kita sempat baca Al Quran untuk dia. masih ingat, setelah dibacakan Al quran, terus adzan. Saat adzan selesai, keluarga Olga Syahputra telah kumpul. Kami telah mengikhlaskan. Kalau memang Olga udah takkuat menanggung rasa sakit, kita dan keluarga rela dan ikhlas Olga jalan. Dari situ, olga Syahputra tarik nafas."
"Olga Syahputra tak memberikan epsan terakhir. Kondisinya sudah lemah. Saat mau diusahakan sama dokteruntuk menyelamatkan dia, ditambahin obat, dia sudah menolak. Dia benar-benar sudah menolak. Biasa dia kalau dalam keadaan apapun, dikasih sama dokter dia mau. Tapi ini memang dia sudah menolak. Ditambahin obat pun sama dokter dia memang nggak ada reaksi. Meninggalnya jam 17.17 waktu setempat."
3. Ustadz Jefri Al Buchori
Proses pemakaman Ustadz Jefri Al Buchori juga luar biasa banyak orang yang hadir untuk melihat Uje yang terakhir kalinya. Uje yang meninggal karena kecelakaan tersebut memang membuat publik Indonesia terkejut, apalagi nama Uje tengah berada di puncak-puncaknya.
Ribuan orang rela hadir dan berdesak-desakan dengan yang lain hanya untuk menyaksikan proses pemakaman Uje. Malam Sebelum Meninggal, Uje Pesan Kopi Termahal di Kafe
Sebelum mengalami kecelakaan maut di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Ustad Jefri Al Buchori atau akrab disapa Uje sempat mampir ke Black Canyon Coffee di kawasan Kemang, Jaksel. Ia masuk bersama 4 orang temannya. Uje lalu duduk di meja nomor 3 bersama 2 temannya, sedangkan 2 teman lainnya di meja nomor 4.
Malam itu Uje tampak lemas. Kondisi pria kelahiran Jakarta, 12 April 1973, itu memang sedang tidak sehat. Ia mengajak teman-temannya keluar malam hari untuk sekadar menghilangkan kejenuhan setelah lama berada di rumah.
Setelah duduk, Uje menyeruput kopi luwak pesanannya. Dalam kondisi tubuh yang lemas, acapkali ia bercanda dengan seorang pramusaji. "Dia ngomong. Saya pesan kopi, yang paling mahal apa, kata Uje sambil bercanda," tutur Misbahul Barokah alias Ciko, pramusaji Black Canyon Coffee saat ditemui Liputan6.com, Jakarta, Jumat (28/4/2013) malam.
Pertanyaan Uje dijawab Ciko, "Ada Pak, kopi luwak," namun Uje meminta dilayani di mejanya. "Tapi bikinnya di sini ya kata Uje," lalu ditimpali Ciko "iya Pak bikinnya di sini," jawab karyawan yang baru bekerja 3 bulan di kafe itu.
Ciko menceritakan, Uje tiba di Black Canyon Coffee sekitar pukul 11.30 WIB. "(Uje) tiba sekitar 11.30. Dia ramai ada 5 orang, ada dua table (meja). Uje di table 3 sama 2 temannya, sedangkan table 4 ditempati 2 teman lainnya," ucap Ciko.
Selepas menyentuh tubuhnya di sofa berwarna abu-abu itu, Uje pun mengeluarkan smartphone miliknya. Ia kemudian menanyakan password atau kode wifi kepada Ciko. "Sebelum pesan minuman, dia minta password wifi sini, saya sebutkan tomyumsoup, kemudian kurang dengar, karena dia pake handsfree. Lalu saya ulangi lagi password wifi tersebut, dia malah bercanda dengan menjawab, iya Pak Guru, itu kata Uje," imbuh pria berusia 22 tahun ini.
Dikatakan Ciko, awalnya dia tidak mengenal Uje. Sebab almarhum berusia 40 tahun itu menutup bagian kepala dengan topi berwarna hitam dan berbusana hitam-hitam.
"Awalnya saya enggak tahu itu Uje karena pake topi (merek) topinya enggak perhatin. Baju hitam, celana jins hitam mungkin. Tapi pas saya ambil pesanan ordernya kopi luwak ke anak bar. Saya baru tahu kalo itu Uje. Setelah dikasih tahu teman-teman," cerita Ciko.
Selain memesan kopi luwak, Uje memesan aqua reflektion. Sedangkan rekan-rekan Sang Ustad ada yang memesan orange juice, black coffee dan french fries atau kentang goreng.
"Dia juga pesan aqua reflektion juga, sementara teman lainnya kopi hitam sama french fries," ujar dia. Ia terkejut ketika pagi harinya dikabarkan telah meninggal.
Uje mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Gedung Hijau Raya, Pondok Indah, Jumat 26 April dini hari. Ayah 4 anak itu mengendarai motor gede Kawasaki E650 bernopol B 3590 SGQ dengan kecepatan tinggi.
Bahkan, seorang saksi menyatakan tak mampu mengejar Sang Ustad dengan kecepatan 100 km/jam. "Mereka semua mengendarai motor. Ustad (Uje) jalan duluan. Kata (saksi) yang ikut saat itu, 'Saya di atas 100 km per jam saja tidak ngejar," ungkap Kang Asep saat ditemui di kediaman Uje di Perumahan Bukit Mas Bintaro, Rempoa, Tangerang Selatan, Jumat 26 April lalu.
Moge milik Uje menabrak pohon palem kedua di tepi jalan. Tubuh Sang Ustad terpental sekitar 3-4 meter, kemudian mogenya masih melaju hingga 30 meter.