Istri Ustaz Nur Maulana, Nuraliyah Ibnu Hajar alias Hajjah Aliah Maulana Meninggal Dunia, Minggu (20/1/2018). Ustaz Nur Maulana pun mengungkapkan penyakit yang diderita Hajjah Aliah Maulana sampai menjadi penyebab Istri Ustaz Nur Maulana Meninggal Dunia. Menurut Ustaz Nur Maulana, penyakit kanker yang diderita istrinya telah berjalan sejak tujuh tahun silam.
"Penyebab berpulangnya ke rahmatullah adalah penyakit kanker usus yang ditemukan pada bulan September (2018) tapi sebetulnya katanya telah tujuh tahun tapi baru ketahuan bulan September 2018," kata Ustadz Nur Maulana. Menurut ayah empat orang anak ini, Hajjah Aliah hendak menjalani perawatan medis melewati operasi, tetapi ditolak.
"Sebab beliau tidak mau sekali ke rumah sakit, ketahuan pada bulan September (2018) dirawat, sebab wajib menggunakan selang, sebab usus yang kena itu yang paling bawah dekat anus sehingga tidak mungkin untuk pembuangan disana serta beliau tidak mau. Saya pun mengikuti apapu pun maunya, sehingga saya keluarkan dari rumah sakit serta berobat alternatif, " ucap ustadz yang ngetren melewati jargon "Jamaah oh jamaah" ini. Andai ajal tidak menjemput, menurut Ustadz Nur Maulana, dirinya bakal mengangkat sang istri ke "Negeri Jiran" alias Malaysia untuk berobat.
"Sampai akhirnya saya bisa info ada pengobatan pilihan di negara sebelah (Malaysia). Katanya tidak mesti dioperasi, hanya laser, serta saya setuju sekali," kata Ustadz Nur Maulana. Lanjut, kata dirinya bernama kecewa, "Ini sesuai permintaannya tidak saya operasi serta rencana hari Senin (besok) kami pergi ke Malaysia, telah siap semua, tahu-tahu drop hari Sabtu, hari Senin yang wajibnya ke Malaysia justru berpulang ke rahmatullah."
Hajjah Aliah meninggalkan seorang suami serta empat orang anak (satu laki-laki serta tiga perempuan).
Kenali Penyebab Kanker Usus
Penyakit kanker usus mungkin terbukti jarang diperhatikan. Padahal kanker usus tergolong penyebab kematian paling besar nomor dua di Indonesia.
Melansir dari Express.co.uk yang dikutip Nakita.id sebelumnya, kanker usus ini bisa dipicu dari beberapa hal, salah satunya gaya nasib serta pola makan berantakan. Terutama makanan pilihan yang disangka menyehatkan serta praktis tetapi justru memicu kanker usus, semacam sosis daging.
Pada 2015 lalu, World Health Organization (WHO) berpendapat sosis adalah salah satu makanan yang mempunyai akibat kurang baik bagi kesehatan. Jauh sebelum WHO menyebutkan faktor tersebut, seorang ilmuwan di Queen's University di Belfast juga berbicara faktor serupa.
Ilmuwan tersebut berbicara sosis mengandung bahan kimia berbahaya yang menyebabkan penyakit kanker, terutama sosis Inggris. Walau menyoroti sosis inggris, tetapi beberapa sosis dibangun dari bahan yang tidak lebih higienis.
Bahkan beberapa pabrik pembuatan sosis mencampur bahan-bahan yang sewajibnya tidak boleh dicampurkan menjadi satu. Tidak hanya sosis inggris, sosis bratwurst yang adalah sosis harapan masyarakat Indonesia ini juga berbahaya.
Sosis bratwurst mengandung bahan kimia yang berisiko tidak jauh tidak sama. "Sosis mengandung zat nitrat alias nitrit yang sama kandungannya dengan makanan berpengtahan lama lain," ungkap Dr. Marie Cantwell, peneliti kesehatan.
Para peneliti telah memeringatkan faktor ini pada para konsumen, sayangnya mereka tidak terlalu memerdulikannya. Padahal kandungan nitrat alias nitrit yang ada pada sosis tersebut sangat berbahaya. Ada baiknya apabila seseorang mengonsumsi daging dengan cara langsung, dibandingkan makanan olahan semacam sosis sebab kandungannya telah bercampur dengan beberapa zat berbahaya.
Akibat Konsumsi Daging Merah
Laporan terakhir yang terbit di International Journal of Cancer, Minggu (1/4/2018), menyarankan supaya kami mengurangi daging merah untuk mengurangi risiko terkena kanker usus besar alias kanker kolon. Studi yang diperbuat peneliti asal University of Leeds, Inggris, telah memantau pola makan serta kesehatan 32.147 perempuan yang tinggal di Inggris, Wales, serta Skotlandia selagi 17 tahun.
Hasilnya, ada 462 permasalahan kanker kolorektal alias kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) alias rektrum (organ terakhir dari usus besar yang menyimpan feses). Dari jumlah tersebut, 335 di antaranya permasalahan kanker kolon spesifik.
Sementara 119 permasalahan adalah kanker usus besar distal, yakni kanker usus besar yang memengaruhi area usus besar yang menyimpan feses. Penelitian kemudian fokus memantau pola diet semacam apa yang diperbuat peserta.
Ada empat pola diet yang diperbuat. Setidak sedikit 65 persen perempuan mengikuti diet yang mengusulkan selalu makan daging merah, 3 persen memakan unggas, 13 persen sebagai pemakan ikan, serta 19 persen vegetarian. Dari empat kelompok tersebut, peneliti menonton kelompok vegetarian menunjukkan risiko terendah dari semua tipe kanker usus besar.
Sebaliknya, perempuan yang dengan cara teratur mengonsumsi daging merah berisiko lebih tinggi mempunyai kanker usus besar distal dibanding mereka yang mengikuti diet tanpa daging merah. Penelitian ini makin menguatkan temuan sebelumnya yang telah mengaitkan daging merah dengan kanker usus.
Menurut Harvard Health, terus tidak sedikit daging merah yang masuk ke dalam tubuh bakal mempunyai tingkat senyawa N-nitroso (NOC) yang lebih tinggi di dalam feses. Senyawa ini adalah pemicu kanker usus. "Penelitian kami makin menguatkan adanya hubungan antara kanker usus dengan daging merah. Tetapi, analisis lebih lanjut dengan penelitian lebih besar tetap diperlukan untuk mencari pencegahannya," kata Dr Diego Rada Fernandez de Jauregui, tahap dari tim Epidemiologi Gizi di Leeds, dilansir Newsweek Senin (2/4/2018)
Sumber : http://makassar.tribunnews.com/