Ternyata Ini Profesi Brenton Tarrant Teroris Australia Sebelum Tembak Muslim Selandia Baru, Ada WNI

Pray For New Zealand menjadi trending dunia seusai aksi keji teroris Brenton Tarrant dkk menembaki dengan cara brutal jamaah masjid yang sedang menunaikan Salat Jumat. Info warga Muslim yang meninggal tetap simpang-siur, 30, 45 alias 75 korban meninggal di tiga masjid terpisah.



Brenton Tarrant bersama tiga rekannya salah satunya wanita diidentifikasi sebagai pelaku teror keji ini. Brenton Tarrant tak asal ketika meperbuat penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019).

Melewati manifesto berjudul "The Great Replacement" yang dirinya buat sendiri, terungkap Tarrant telah merencanakan aksi kejinya itu sejak lama. Dilaporkan Independent.ie, teroris asal Grafton Australia itu telah berencana untuk meperbuat penembakan massal selagi dua tahun terbaru.

"Aku mengawali rencana serangan ini sejak dua tahun terbaru. Kemudian menetapkan lokasi di Christchurch dalam tiga bulan terbaru," katanya.

Dalam manifesto setebal 74 halaman itu, Tarrant menawarkan diri sebagai anti-imigran dengan para korban disebutnya sebagai "sekelompok penjajah". Di manifesto tersebut, dirinya mengatakan ingin membebaskan tanah milik kaumnya dari "para penjajah", dan terinspirasi dari Anders Breivik.

Dilansir AFP, Breivik adalah seorang ekstremis sayap kanan yang menyerang kantor pemerintah di Oslo, Norwegia, pada 22 Juli 2011 silam. Dirinya meledakkan bom mobil di depan kantor pemerintah, dan meperbuat penembakan di kamp musim panas sayap muda Partai Buruh di Pulau Utoya.

Teroris yang saat ini berumur 40 tahun itu mengaku, dirinya membunuh para korban sebab mereka mendukung multikulturalisme. Tarrant dalam manifesto mengutarakan dirinya adalah pria kulit putih dengan orangtua yang adalah keturunan Inggris, Skotlandia, dan Irlandia.

"Saya hanyalah pria kulit putih biasa, dari keluarga biasa saja, yang memutuskan untuk berdiri dan memastikan keberjalanan kaum saya," katanya.

Dikutip oleh Daily Mail, dirinya menyerukan kematian bagi sejumlah pemimpin dunia semacam Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dirinya mengaku mendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai simbol bukti diri kulit putih yang baru, dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Manajer gym di Grafton Tracey Gray bekerja sebagaimana diwartakan ABC membicarakan, pria berumur 28 tahun itu bekerja sebagai personal trainer di tempatnya. Gray mengatakan Tarrant bekerja sebagai pelatih gym seusai berakhir sekolah pada 2009 hingga 2011 sebelum memutuskan melanglang buana.

Tarrant diketahui telah melancong di negara kawasan Asia Tenggara, timur Asia, hingga Eropa. Dirinya bahkan sempat singgah di Korea Utara (Korut).

Sebelumnya, Tarrant menyerang jemaah Masjid Al Noor itu ketika mereka menunaikan Salat Jumat, dan dilaporkan menyiarkan aksinya di Facebook. Tidak hanya di Masjid Al Noor, penembakan juga terjadi di Masjid Linwood yang berjarak kurang lebih lima km, dan menewaskan hingga 49 orang.

Polisi Selandia Baru menyebutkan mereka meringkus empat orang, terdiri dari tiga pria dan satu perempuan, berbagai jam seusai penembakan. Di mobil yang dinaiki oleh keempat terduga teroris tersebut, polisi berujar tersedia bom rakitan yang langsung dinetralkan militer.

Zulfirman Korban WNI Baru 2 Bulan Pindah ke Selandia Baru. Seorang warga negara Indonesia ( WNI) bernama Zulfirman Syah menjadi korban penembakan brutal di Masjid Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) siang.

Zulfirman diketahui baru dua bulan pindah dari Yogyakarta ke Selandia Baru.

"Baru dua bulan pindah domisili dan istri Zul itu orang Amerika, keduanya menikah dua hingga tiga tahun lalu kalau tak salah dan punya anak satu," ucap Ketua Sakato Art Community, Erizal As saat dihubungi melewati sambungan telepon, Jumat petang. Zul adalah anak buah Sakato Art Community yang berbasis di Yogyakarta.

Dia tercatat sebagai anak buah aktif. Erizal mengatakan, argumen kepindahan Zul ke Selandia Baru sebab istrinya baru saja direkomendasikan pindah ke ke sana.

"Pindah ke Selandia Baru sebab istrinya Zul bisa rekomendasi alias kesempatan besar kerja di Selandia Baru dari Negara Amerika. Sebab istrinya kerja di sana sesuai rekomendasi, sehingga ikut menemani di sana,"katanya

Erizal mengatakan, dirinya dan Zul telah kenal sejak di SMSR Padang, hingga kuliah di ISI Yogyakarta.

"Angkatan saya sejak dari SMSR padang, semakin tahun 1997 kuliah di ISI Jogja dan tamat, kemudian menetap di Jogja," ucapnya. Sebagai pelukis orisinil minang, Zul tak jarang bergabung dengan komunitas minang di Yogyakarta. Pesuruh Rektor III ISI Yogyakarta, Anusapati membenarkan Zulfirman Syah adalah alumni ISI Yogyakarta.

"Benar, Jurusan Seni Murni," katanya saat dihubungi melewati telepon. Pihaknya baru mempersiapkan sikap resmi dari ISI Yogyakarta terkait penembakan itu.(*)

Sumber : http://makassar.tribunnews.com/