Kisah Tukang Sapu Masjidil Haram Menolak Diberi Hadiah Uang, Pilih Diizinkan Sholat di Halaman Kabah

Tidak sedikit kisah mengharukan yang terjadi di kurang lebih Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, tempat umat Islam menunaikan ibadah haji.

Salah satu kisah mengharukan itu, kembali diberikan oleh seorang pemakai Twitter Kaykhusraw pada 13 Mei 2019 lalu, serta kembali menjadi viral.



Kisah ini sebetulnya telah terjadi lumayan lama.

Adalah seorang tukang tokoh Islam asal Kanada, Dr Bilal Philips, yang pertama memberikan kisah ini di laman Facebook-nya, pada 24 Maret 2014.

Bilal menceritakan suatu  kisah nyata yang terjadi di kurang lebih Kabah.

Dalam cerita Bilal, tersebutlah Pengurus Besar Masjidil Haram ingin memberi hadiah untuk tukang sapu yang paling rajin yang bekerja di sana.

Seusai diadakan pengamatan, pemenangnya adalah tukang sapu asal Pakistan.

Sebab dirinya dianggap bekerja paling rajin, maka dirinya berhak atas hadiah sejumlah uang yang lumayan besar.

Tukang sapu tersebut, kemudian memberanikan diri menawar hadiah yang diberbagi.

Di luar dugaan, dirinya tidak menawar sebab uang yang diberbagi tidak lebih.

Dia ingin menerima hadiah dalam bentuk lain.

Opsi hadiah si tukang sapu itulah yang membikin haru tidak sedikit netizen.

Si tukang sapu, tidak mau uang, tapi minta diizinkan dapat sholat di Hijr-Ismail.

Hijr-Ismail adalah satu kawasan yang terletak di sebelah utara Kaabah, yang mana pada sumbernya adalah tempat berteduh bagi Nabi Ibrahim AS ketika membangunkan Kaabah dahulu.

Kawasan itu biasanya tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang.

Hanya orang-orang penting yang diperbolehkan masuk ke sana.

Tempat ini juga memiliki keistimewaan tersendiri, yakni disebut sebagai satu kawasan yang mustajab untuk berdoa.

Mendengar permintaan si tukang sapu, para pengurus Masjidil Haram mengabulkan permintaan tersebut.

Saat itu juga, pintu pembatas Hijr-Ismail dibuka.

Si tukang sapu diizinkan masuk serta sholat di sana.

Lalu pintu ditutup kembali, jadi si tukang sapu itu pun dapat berdoa sendirian di sana.

Mengangkat cerita ini, Bilal Philips terharu, serta menyebut, bagi sedikit orang di dunia, ada faktor yang jauh lebih berharga dari uang.

"Allah menyebut orang-orang semacam mereka, sebagai mereka yang merelakan harta demi kenasiban di akhirat kelak," tulis Dr Bilal Philips. (*)



Sumber:http://solo.tribunnews.com