Kisah Viral Shannon Clifton Diperkosa Ayah 4 Kali Sehari Selama 8 Tahun Hingga Hamil Usia 11 Tahun

Kisah Viral Shannon Clifton Diperkosa Ayah 4 Kali Sehari Selagi 8 Tahun Hingga Hamil Usia 11 Tahun. Seorang gadis bernama Shannon Clifton untuk pertama kalinya menguak cerita masa kelamnya bersama ayah kandungnya.



Selama 8 tahun, Shannon menjadi korban pelecehan seksual dan pemukulan di tangan ayahnya sendiri yang nyatanya seorang pedofil. Menurut laporan Mirror, sang ayah yang bernama Shane Ray Clifton, pertama kali memperkosanya di ruang tamu rumah saat ia tetap berumur 6 tahun.

Tidak hanya sekali, Shane berani 'menyerang' anaknya sendiri hingga setidak sedikit 4 kali dalam sehari. Ketika sang ayah tahu bahwa Shanon hamil pada usia 11 tahun, Shane memukul putrinya itu hingga pingsan dan keguguran.

Sang ayah kembali meperbuat aksi bejatnya itu hingga saat Shanon hamil lagi di usia 13 tahun. Hari ini Shane menyuruh putrinya itu untuk meperbuat olahraga berbahaya supaya Shanon mengalami keguguran untuk yang kedua kalinya.

Ketika gadis yang kini telah berumur 18 tahun itu hamil 9 bulan, seorang perawat sekolah curiga dan memintanya untuk mengambil tes kehamilan. Shannon yang ketakutan pun menolak, dan begitu pun sang ayah.

Sebab sangat takut kejahatannya bakal segera terungkap, ia memaksa Shanon untuk berangkat dari rumah. Dan faktor ini memicu perburuan polisi selagi enam hari.

Dua hari seusai mereka ditemukan, Shannon melahirkan seorang bayi yang adalah putranya. Shane (36) mendapat hukuman seumur nasib dan minimal 15 tahun penjara sebab perilaku pemerkosaannya itu di Derby Crown Court, Inggris pada 2015.

Pada tahun tersebut berita ini menjadi headline di surat berita. Terlebih ketika terdengar info tambahan bahwa Shannon ada kemungkinan dicuci otak oleh ayahnya.

Pasalnya, dengan semua perlakuan sang ayah, Shannon tetap mau berteriak, 'aku mencintaimu Ayah, aku merindukanmu', saat di pengadilan. Tiga tahun kemudian seusai lolos dari 'neraka' Shane, perasaan Shannon justru jauh lebih rumit. Sekarang dirinya berkata dengan membujuk anak-anak lain yang juga mengalami pelecehan untuk mencari bantuan.

"Dia mencuri nasibku," katanya.
"Dia merubahnya menjadi mimpi kurang baik membikinku tak bisa bangun, memperkosa dan memukuli saya selagi bertahun-tahun. Saya ketakutan dan kesakitan setiap hari."
"Aku benci ayahku sekarang, tapi aku bakal rutin merindukannya sebab dirinya adalah satu-satunya orang yang kumiliki sepanjang masa kecilku."

Sampai Shannon berumur lima tahun, kenasiban keluarganya lumayan normal.Itu semua berubah seusai orangtuanya berpisah dan dirinya tinggal bersama ayahnya. Pengadilan mendengar bagaimana Shane yang licik telah 'meracuni putrinya' dari sang ibu.

"Saya rutin menjadi favorit ayah saya, putri kecilnya," kata Shannon.
"Apabila bunda sempat meneriaki saya, dirinya bakal mengatakan padanya, 'Jangan berkata dengan Shannonku semacam itu'. Dirinya sangat protektif. Kita tak terpisahkan.”

Jadi dirinya memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya seorang diri, di usianya yang tetap lima tahun.

"Dia berubah dengan cepat," katanya.
"Dia bakal berteriak apabila aku meperbuat sesuatu yang tak disukainya, lalu dirinya bakal memukul di kepala. Kemudian dirinya mulai meninju saya. Selagi bertahun-tahun, dirinya membakar saya dengan besi, menyerang saya dengan palu, menikam saya dan membelah kepala saya."

Dan ketika dirinya berumur enam tahun dan terisolasi dari siapa pun yang mungkin menolongnya, penyiksaan terkurang baik dimulai.

"Dia membangunkan saya di malam hari dan membikin saya berbaring di lantai dengan gaun tidur," katanya.
"Lalu dirinya berbaring di atasku dan baru saja meperbuatnya. Saya merasakan rasa sakit terkurang baik yang bisa dibayangkan. Saya berteriak supaya dirinya berhenti, tetapi dirinya tak mau."

"Seusai itu saya berbaring di sana, berdarah. Saya terisak-isak jadi saya hampir tak bisa bernapas."
Perkosaan menjadi faktor yang biasa dan gadis kecil itu dengan berani melawan balik tapi rutin sia-sia.

"Dia bakal rutin meminta maaf seusai itu," kata Shannon.
"Ketika dirinya berakhir, saya bakal bermain dengan mainan saya untuk mengalihkan perhatian."
"Dia mengatakan itu adalah sesuatu yang semua ayah perbuat kepada anak perempuan, tetapi aku wajib merahasiakannya. Dirinya memelukku dan berjanji itu tak bakal terjadi lagi. Tapi rutin begitu. Tetapi, saya tetap mencintainya. Hanya dirinya yang aku punya."

Kemudian Shane menyerang Shannon berulang kali hingga memperkosanya setidak sedikit 4 kali sehari.

"Dia bahkan bakal membikin saya berhubungan seks dengannya di hutan," kata Shannon.
"Dia bakal merekamnya dan sebuahkali ia membikinku melihat video itu. Saya menangis, itu sangat mengerikan."

Pada usia 11, Shannon hamil. Bimbang dan ketakutan, dirinya menyembunyikannya sebaik mungkin hingga ia mengatakan pada ayahnya pada usia kandungan 28 minggu. Tahu putrinya hamil, Shane memukuli Shannon hingga gadis kecil itu berdarah dan kehilangan si janin.

Ketika dirinya hamil lagi pada usia 13, Shane mencoba membikin Shannon keguguran lagi, bahkan mencari caranya dengan cara dari internet. Saat caranya itu tak sukses, Shannon mengatakan ayahnya berencana membunuh bayinya seusai lahir.

Sambil menyeka air mata, dirinya mengatakan, "Itu adalah faktor paling jahat yang sempat dirinya perbuat alias katakan. Dirinya membahas dengan cara rinci, saya tak bisa menuturkannya." Dengan kehamilannya yang terus susah disembunyikan, Shannon dipanggil oleh perawat sekolah dan diminta untuk meperbuat tes kehamilan. Dirinya menolak dan melarikan diri. Malamnya, polisi mengecek rumah mereka.

"Begitu dirinya melihat mereka (polisi), ayah menyuruhku memanjat psupaya di belakang dan berlari melintasi ladang. Dirinya mengikuti ku di belakang."

Mereka menghabiskan enam malam ketika polisi akhirnya menemukan mereka. Shannon mengenang, "Itu Oktober. Saya kedinginan, kelelahan dan ketakutan. Kita berpindah sepanjang waktu. Saya merasa sakit, tetapi terus mengatakan pada diri sendiri, 'kau belum bisa melahirkan, kau wajib ditemukan terlebih dahulu (oleh polisi)'."
Ketika Shane membuka kedok untuk mengangkat Shannon ke Derby, polisi menyudutkannya.

"Kami mencoba lari, tetapi sebuah mobil polisi mendekati kita di jalan dan ayah ditangkap," kata Shannon.

Nasib sendiri untuk yang pertama kalinya dalam berbagai tahun, dua hari kemudian pasca-penangkapan Shannon melahirkan bayi laki-laki di rumah sakit.

Dia mengatakan, "Aku langsung mencintainya (sang bayi). Saya berpikir, 'Dia adalah nasibku sekarang'. Tapi dirinya adalah saudaraku. Itu sangat membingungkan."

Shannon membesarkan sang bayi selagi seminggu sendirian sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan anaknya yang juga saudaranya, untuk diadpilihan.

"Saya tak bisa memberbagi semua yang dirinya perlukan."
"Saya ingin dirinya tumbuh bersama keluarga yang baik, keluarga yang tak sempat saya miliki. Saya bakal rutin menjadi ibunya."

Seusai kejadian ini, Shane mengalami Post Traumatic Stress Disorder(PTSD), gangguan kesehatan mental pada seseorang sebab sempat mengalami trauma yang berat. Shannon sempat mencoba bunuh diri pada usia 16, tetapi dengan bantuan keluarga asuh yang baik hati, gadis ini akhirnya mulai membangun kembali nasibnya.

Sekarang dirinya menyewa apartemen sendiri dan bakal mengawali mengikuti program Criminal Psychology Degree pada September, dan berharap itu bakal menolongnya memahami berbagai motif ayahnya. Dirinya mengatakan, "saya tak bakal sempat tahu persis mengapa ayah saya meperbuat kejahatan itu semua, tetapi tujuan saya adalah untuk menolong korban pelecehan lain yang membaca ini, jadi mereka bisa menemukan bantuan yang mereka perlukan."

Sumber : http://sumsel.tribunnews.com/